Breaking News

Sosial

Technology

Life & Style

Kesehatan

Wednesday, July 13, 2016

Pesan Positif Dari Muvi 'Filosofi Kopi"

Kopi
Kaya nya udah ada 4 hari saya sendiri di rumah, ya karena nda Kharis Rosyidah dengan anak anak masih liburan di Tempat Mbah nya (Banjarnegara), anyway seharian kemarin (Rabu 13/07/2016) saya pun di rumah sampai jam 19.00 WIB teruus karena ada job servis PC nya mas Nizar langsung deh cuuss go to Perum Megabiru eeehhh iya karena saya udah kepalang janji juga kalo Rabu malam ini mau ngasih sedikit job ke Sobur akhirnya dia sekalian juga deh saya bawa ke perum megabiru hehehe biar ga bolak balik lumayan lah ngirit bensin.
 
Sekitar jam 22.15 akhirnya kelar juga nyervis PC nya mas Nizar naahh langsung dehh cuus ke Sruweng sowan ke padepokan Kyai @Tenggar buat menimba ilmu kanuragan dumay wkwkwkwk, singkat cerita sampai di TKP langsung si sobur dapat wejangan dari Kyai Tenggar dalam hal ilmu kanuragan tsb yaaa alhamdulillah langsung mudeng & siap tempur buat senin mlm besok.

Nah setelah semua wejangan tersampaikan saya pun langsung nyalain PC di TKP (Padepokan Kyai Tenggar) buat cek email & download muvi (mumpung dapett koneksi wuzz wuzz ya langsung hajarr saja), secara ngga sengaja ini tangan ngetik di kolom search mbah google “Filosofi Kopi”mmm ya mungkin karena ada secangkir kopi yang di racik sama sobur yang pas di lidah ku jadinya langsung dehh si tangan ikut ngerespon buat ngetik “Filosofi Kopi” tersebut.

Hhaaa yang nongol malah link donlod muvi “Filosofi Kopi” waaahhh kebetulan banget nih karena saya sebenarnya kepingiiin banget nonton ini muvi dari pertama di rilis kalo ga salah rilisnya itu sekitar April 2015, tapi karena di kebumen ga ada bioskop twenty one atau yang kaya gitu ya akhirnya nunggu ada yang aplod, padahal bbrp bulan lalu di salah satu stasiun TV Swasta nasional muvi ini sudah pernah di tayangkan tapi lagi lagi waktu itu saya ga sempat nonton..

Ngga terasa waktu sudah menunjukkan jam 02.10 WIB Dini hari, waahh ini udah pagi ya.. langsung dehh saya & sobur pamit pulang dari padepokan kyai Tenggar tersebut, sampai rumah udah jam 02.30 WIB yaahh satu setengah jam lagi subuh nanggung amat yaa kalo tidur mending ntar aja sekalian setelah sholat subuh, naahh sambil nunggu adzan subuh berkumandang dari masjid dekat rumah & karena sudah saking ngebetnya pingin nonton muvi “Fiosofi Kopi” langsung deehh nyalain laptop jadul colokin FD terrruus kik file muvi tersebut..

Rada serius yaa kalimat kalimat di bawah ini, monggo disimak review ala saya :

Muvi “Filosofi Kopi” yang diangkat dari kumpulan cerpen Dewi Lestari ini berkisah tentang Ben dan Jody, dua teman baik sejak kecil yang membuka sebuah kedai kopi di bilangan Melawai bernama Filosofi Kopi. Ben yang sejak kecil sudah mengenal dan akrab dengan kopi (karena sang ayah adalah petani kopi) menjadi barista di kedai kopi ini. Yang membuat beda kedai kopi ini adalah tentang filosofi yang dibuat Ben untuk setiap jenis kopinya.

Sedangkan Jody adalah partner yang lebih menekankan pada laporan dan keuangan kedai kopi. Permasalahan mengenai hutang yang melilit mereka (yang dapat membawa kedai kopi ini jatuh) membuat Ben menerima tantangan seorang pengusaha untuk menemukan kopi yang sempurna untuk disuguhkan ke calon partner kerjanya yang benar-benar keliling dunia hanya untuk secangkir kopi terbaik. Bahkan Ben meningkatkan tantangan 100juta menjadi 1M karena dia yakin akan memenangkannya dan mampu menyelesaikan semua masalah kedai kopi itu sekaligus.

Tak lama kemudian Ben sibuk membuat racikan kopi terbaik dengan biji kopi pilihannya (yang “terpaksa” direlakan Jody dengan merogoh kocek lebih dalam) dan dia berhasil menemukan Ben’s Perfecto. Hadirlah El, seorang penikmat kopi sejak kecil, food blogger dengan spesialisasi coffee tasting dan dia sedang dalam proses membuat buku mengenai kopi (melanjutkan penelitian ayahnya soal kopi). Kehadiran El yang membuat Jody terpesona ternyata membawa Ben ketar-ketir. Karena menurutnya Ben’s Perfecto bukanlah kopi terbaik.

Perjalanan mencari kopi terbaik pun di mulai oleh Jody, Ben dan El. Apakah mereka berhasil menemukannya?

Nahh Muvi ini ternyata disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko yang berhasil membuat Film Cahaya Dari Timur dengan apik. Dia pun bertindak sebagai produser bersama dengan Anggia Kharisma, dan Handoko Hendroyono. Adi S. Jerikho Nagara bertindak sebagai Associate Producer dan juga Glenn Fredly dan Chicco Jerikho sendiri juga sebagai Co-Producer.

Chicco Jerikho sendiri bermain sebagai Ben – si penggila kopi dan bahkan bisa kita bilang obsesi terhadap kopi dan kesempurnaan. Sedangkan Rio Dewanto bermain sebagai orang keturunan yang memiliki modal (walau karena hutang) dan merupakan orang keuangan yang penuh perhitungan.

Film ini memang berpusat pada ketiga karakter di atas, namun banyak nama-nama yang cukup terkenal dalam perfilman Indonesia yang terlibat dalam film ini. Di antaranya Slamet Rahardjo yang bermain sebagai pemilik kedai kopi Tiwus yang dibilang lebih enak oleh El daripada Ben’s Perfecto. Kemudian ada Jajang C. Noer yang bermain sebagai sang istri pemilik kedai kopi Tiwus tsb.

Filosofi Kopi sendiri menarik perhatian saya karena kisahnya adalah kisah perjalanan hidup tentang cinta dan obsesi akan kopi dan ternyata film ini berhasil membuatnya dengan apik, Akting para pemeran dalam film ini sudah sangat tidak diragukan. Persiapan yang dilakukan oleh masing-masing pemeran film ini sangat keren. Mereka benar-benar belajar meracik secangkir kopi dan menikmati filosofi di balik secangkir kopi itu. Adakah yang saya sayangkan secara peran dalam film ini? Tidak ada. Sepanjang film saya menikmati semuanya yang berjalan dengan mulus. Ben sang barista ditonjolkan dengan baik oleh Chicco, si orang keuangan Jody juga diperankan dengan apik oleh Rio, si Food Blogger yang hanya berpendapat taste kopi versi dia juga diperankan dengan baik oleh Julie.

Kisah, ah secara kisah film ini tidaklah jauh dari cerpen yang dituliskan oleh Dee dan menangkap semua dengan pas. Karena itulah saya mengangkat topi untuk Jenny Jusuf sang penulis naskah yang berhasil menuangkan cerpen ini ke dalam naskah film dengan baik.

Setting tempat kedai kopi Filosofi Kopi ini sangat saya suka, Kemudian kebun kopi Tiwus, Dan hasilnya setelah nonton tadi, membuat saya ingin sekali ke kebun kopi…. Tapi kapaan ??

Kopi, Kenangan, Cinta dan Obsesi

Kopi… ya sudah pastilah film ini tentang kopi, judulnya saja adalah Filosofi Kopi. Film ini berhasil mengangkat kopi dan kedai kopi yang sekarang tampaknya menjadi bagian tak terpisahkan dari bagian kota-kota di Indonesia, Nongkrong di kedai kopi seakan sudah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak muda dan eksekutif yang gaol gitu. Dalam salah satu scene film ini ada yang membuat saya terbahak, yaitu di mana segerombolan anak muda membatalkan pesanan karena kedai Filosofi Kopi tidak memiliki wifi. Sebuah fasilitas “must have” bagi sebuah kedai kopi sekarang ini. Ya inilah kenyataannya kan?

Tapi pengenalan kopi dalam film ini membuat saya acungkan jempol. Kenapa? Kita ini salah satu negara penghasil kopi terbaik loh – di dunia…. masa kita sendiri tidak bisa menikmati kopi negeri sendiri. Kopi yang di kedai logo warna hijau & ada sosok cewe nya juga menggunakan kopi dari negeri kita kok. Sudah seharusnya kopi menjadi tuan rumah di negerinya sendiri, sebagaimana film Indonesia juga menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Kenangan….  Pejamkan mata, hirup aromanya perlahan. Lalu resap perlahan. Biarkan dia mengalir. Ah… kenangan demi kenangan akan melintas. Dan film ini sebenarnya membawa kita kembali ke kenangan masa kecil Ben yang harus dilaluinya bersama sang ayah. Bagaimana sang ayah dipaksa melepaskan kecintaannya pada kopi dan kemudian beralih. Kenangan atas masa kecil Jody dan El bersama sang ayah kembali.

Cinta…. muvi ini tentang cinta. Cinta terhadap ayah. Cinta terhadap keluarga. Cinta pada hal-hal yang memang membawa kita hidup sebagaimana seharusnya. Bagaimana kopi Tiwus menjadi kopi terbaik karena memang rasa cinta itu sendirii sejak dirawat hingga disajikan. Bagaimana secangkir kopi nikmat itu tergantung pada kecintaan baristanya terhadap kopi itu sendiri. Bagaimana mencintai keluarga, sang ayah melalui caranya masing-masing. Bagaimana memaafkan mereka yang mencintai kita dan kita cintai dan yang paling penting film ini adalah tentang bagaimana mencintai diri sendiri dan berdamai dengan diri sendiri.

Obsesi... Kecintaan Ben terhadap kopi mungkin membawanya ke arah terobsesi habis dengan kopi terbaik. Dia ingin dikenal sebagai orang yang berhasil menciptakan kopi terbaik hingga melupakan rasa CINTA itu sendiri. Obsesi yang dirasakan sejak dia dilarang ayahnya berhubungan dengan kopi. Namun ending film ini sangat manis di mana kita diajarkan bahwa obsesi itu tidak berarti tanpa cinta. Obsesi berlebihan akan kesempurnaan kopi membuat Ben terlena akan memberikan cintanya dalam kopi yang disajikannya.

Intinya adalah : lakukan semua hal yang kita suka tidak hanya dengan OBSESI tapi harus di iringi juga dengan CINTA, karena CINTA lah yang akan membuat sesuatu yang sedang kita lakukan atau kerjakan menjadi BERARTI untuk kita sendiri & orang lain.. 

No comments:

Post a Comment

Designed By Published.. Blogger Templates | HasilNonton